EPS 1
EPISODE 1 Selasa 25 JUNI 2019
Selasa, 25 Juni 2019, pagi ini terasa sepi, aku sendiri
sambil duduk dan menatap layar komputer yg tampak terasa dingin. Disinilah aku
dari senin hingga sabtu, lebih tepatnya tempat ini adalah tambang emas bagiku. Terkadang
aku merasa bingung dengan apa yg ingin direncanakan otakku. Sangat banyak
sekali luapan pertanyaan yg berasal dari dalamnya. Akan tetapi aku merasa
tiap-tiap hal yang menjadi jawaban atas pertanyaan yg muncul selalu saja
terhalangi akan eksistensi fakta yg aku punya. Bukan berarti putus asa, tetapi
perasaan tiba2 menjadi down ketika tembok kegelisahan itu menghampiri ruang
pikirku. Sungguh banyak sekali rencana atau keinginan yg ingin diwujudkan oleh
ku. Bahwasanya rencana tetaplah menjadi sebuah cerita fiksi ketika tidak ada
perwujudan apa2. Bukan karena tidak mampu mewujudkan ide2 yg muncul, tetapi
karena setiap kali aku mencoba memperoleh ruang pikir yg jernih, maka disaat yg
sama hal itu selalu seakan-akan akan membakar seluruh rangkaian ide yg telah
tertata dengan rapi. Rasanya harus membuat pohon pikir dari awal lagi, dan
situasi seperti ini kerap aku rasakan tanpa ada yg memahaminya. Mungkin ada
beberapa orang yg merasakan hal yg sama, atau bisa juga lebih parah dari yg aku
rasakan. Aku khawatir akan fakta yg ada. Aku rasa itu merupakan hal yg wajar,
karena aku hanya manusia biasa yg baru terjun kedalam wadah kehidupan yg nyata.
Aku memiliki beberapa harapan yg ingin dicapai dalam hidup ini, secara tidak
langsung titik start utamanya belum aku dapatkan bahkan garis mulainya saja
belum terlihat. Bukannya tidak bisa langsung bergegas untuk mulai, tapi dimana
garis mulainya ? permulaan suatu pemberangkatan harus disertai dengan garis
start, yg mana hal itu bertujuan untuk memberikan semangat kepadaku. Sekarang
aku merasa seperti zombie yg mempunyai ekspresi. Meski terlihat dari luar aku
adalah orang yg humoris tapi sejatinya tidak, sama sekali tidak lagi, dan belum
kembali ke sifat itu. Teringat ketika aku masih mengejar gelar S1 di suatu
kampus. Pada saat itu aku merasa tidak ada situasi yg sesulit ketika belum
lulus sidang skripsi, dan sekarang peristiwa itu hanyalah sebesar bola ping
pong bila dibandingkan dengan kondisi sekarang yg bila diukur dengan tingkat
keruwetan serta keterpurukan yg dirasakan, maka ini sebesar bola kuning LaLa.
Sebuah perbandingan yg sangat jauh sekali, meski setiap hari aku tidak lagi
dipusingkan oleh teori-teori yg harus berkaitan dengan skripsi tetapi tingkat
kegalauan yg sekarang jauh lebih sulit dibandingkan dengan teori. Aku ingin
menegaskan bahwa hal itu bukan karena faktor ekonomi. Mungkin disisi lain ada
beberapa orang yg tidak bermasalah dengan masalah yg kita rasakan, akan tetapi
pd umumnya beberapa orang mengalami kegalauan, kegelisahan, keterpurukan itu
karena faktor ekonomi. Pekerjaan yg mapan belum tentu jaminan menjadi bahagia
begitu juga halnya dengan harta. Aku telah merasakan sesuatu yg sangat
diingingkan dan itu tidak ternilai harganya bahkan jika ada yg mempunyai 5
gudang emas untuk membelinya dari ku, maka demi Allah tidak akan aku berikan
kpd siapapun jika aku telah memilikinya. Ketika kita berurusan dengan hal yang
diatas abstrak maka terkadang pola pikir kita bisa tergoncang baik karena internal
diri kita sendiri maupun karena faktor eksternal yakni dari lingkungan kita.
Banyak sekali orang yang tidak bisa memahami hal ini karena mungkin mereka
tidak diuji dari segi ini. Maka dengan mudah sekali lisan mereka bergerak tanpa
ada rambu2 yg mengatur ucapan yg keluar dari mulut2 mereka secara tanpa
disadari akan melukai dinding perasaan sehingga terbentuklah goresan abadi yg
sangat susah dihilangkan begitu saja. Ya
tuhan, aku sangat yakin kepadamu, tidaklah engkau menguji hamba mu diluar
kemampuanya. Dan aku yakin akan tiba saatnya engkau akan memberikan harta
terindah itu kepada kami. Mungkin saat ini engkau belum memberikan karena
berbagai alasan yg belum kami sadari, kami yakin keputusan Mu lah yg maha baik
diantara yg terbaik. Aku yakin tidak ada usaha yg sia2, dan aku juga yakin
bahwasanya Allah tidak akan membalas permohonan hambaNya dengan sebuah kekecewaan.
Serta tidaklah kita datang kepada Allah dengan tangan kosong dan kembali dengan
tangan yg sama. Sebagai manusia, kita tidak berhak mempertanyakan mengapa,
karena hal itu bukan kapasitas kita sebagai hamba. Setiap bidak catur yg
berpindah dari kotak satu ke kotak yg lain tidak pernah bisa bidak catur itu
bertanya “mengapa aku diletakkan di kotak ini”. Tapi nanti ketika sang “pion”
bisa membunuh raja dengan satu pukulan saja , maka pada saat itulah semua
jawaban diberikan. Perpindahan posisi bidak catur merupakan jalan yg digunakan
bagi yg memindahkan agar supaya memperoleh kemenangan. So just put our trust in
Him, and keep spirit and strugle


Comments
Post a Comment